Misalkan, anda
 berada di Amerika Serikat atau Kanada. Angka 911 adalah nomor telefon 
darurat. Nomor itulah yang anda tekan, bila membutuhkan ambulans secara 
seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.
Dalam 
film-film thriller Hollywood, saya sering mendengar orang disana 
melafalkan angka itu "nine one one" (sembilan satu satu). Semula, 
menurut Wikipedia, orang juga melafalkannya "nine eleven" (sembilan 
sebelas). Namun, pelafalan yang disebutkan kemudian tidak terus 
dipopulerkan. Pasalnya, anak-anak bingung karena pada pesawat telefon 
tidak ada angka sebelas.
Jika angka itu dilihat dalam kalender, 
kita mendapat tanggal 11 September. Kita masih ingat, hari itu pada 
2001, menara kembar di Kota New York ambruk, setelah ditubruk 
pesawat-pesawat terbang yang membawa bom. Lebih dari dua ribu orang, 
termasuk para pembajak pesawat tewas.
Mungkinkah para pembajak 
pesawat memilih tanggal itu buat
 memperkuat efek gawat bin darurat? Saya tidak tahu. Kedua menara World 
Trade Center itu sendiri sepertinya sudah jadi simbol kedigdayaan negeri
 tempatnya berdiri. Yang pasti, sejak hari itu sebutan "nine eleven" 
merujuk kepada petaka itu. Peristiwa itulah yang dijadikan titik tolak 
AS, untuk memaklumatkan "perang melawan terorisme".
Seperti 
banyak orang lainnya, saya menyaksikan tayangan itu di televisi. Sore 
itu, adegan itu tertayang berulang-ulang. Citraan yang muncul tampak 
seperti yang kerap terdapat dalam film-film Hollywood ada ledakan, 
semburan api, kehancuran gedung tinggi, jerit tangis dan sosok-sosok 
yang berlarian. Hari itu saya berada di Jakarta, sekitar 16.179 km 
jaraknya dari Kota New York. Tentu buat orang-orang yang mengalaminya, 
peristiwa itu lebih dari sekedar berita buruk.
 



 
No comments:
Post a Comment