Suatu ketika sang teman sedang membicarakan kesibukannya pada temannya yang lain yang akhir-akhir ini membuatnya melupakan hal bodoh yang aku anggap sebagai hal bagus. Aku tak tahu siapa yang salah tentang anggapan bodoh atau bagus itu. Aku tetap berjalan menapaki kesibukan bodoh itu walau sang teman tetap teguh pada pendiriannya yang membuatku terperangah. Aku tahu siapa dia dan kita cukup lama hidup berdampingan sangat dekat dan dekat sekali. Ini ceritaku tentang hubungan kita saat dulu yang sangat membuatku merasa segan padanya. Aku adalah manusia yang baru-baru ini mulai bisa untuk beradaptasi pada dunia yang sesunguhnya kuhadapi. Memandang perbedaan sebagai warna asli kehidupan. Aku tak bisa merubah semua menjadi seperti yang aku inginkan. Temanku tetap pergi meninggalkanku dengan semua kenangannya. Sekian lama tak bertemu, terlihat banyak sekali hal yang berubah padanya, sedang aku masih tidak bisa berubah terlalu drastis. Aku dari dulu hampir tidak berubah, tetap begini. Mungkin orang bilang aku tidak ada kemajuan. Dan otakku pun menyetujui bahwa aku masih saja selalu salah dalam melangkah. Aku selalu masuk dalam jalan yang keliru yang membuatku selalu menyesal pada akhirnya. Aku terkadang iri melihat sang teman terus melaju dalam jalan mulusnya.
Aku khawatir suatu saat kita dipertemukan oleh Tuhan, aku masih dalam keadaaan tidak utuh seperti dia. Kita pernah bersahabat cukup lama hingga menyisakan jejak kesan yang mendalam. Dulu adalah saat yang tak tergantikan dan takkan bisa kita ulangi lagi. Masa sekarang adalah sebuah jalan kesempatan yang sangat sangat mungkin untuk aku merubah semua kebiasaan jelek ini. Aku sangat minder melihat sang teman yang sangat penuh dengan kebaikan hidup. Akankah kita bertemu lagi? Tapi aku ingin kita bertemu saat aku sudah punya sesuatu yang mungkin bisa aku ceritakan padamu dengan senyum yang lebar. Aku merindukanmu kawan.
No comments:
Post a Comment