Aku tak tahu apa yang sedang ada dalam pikiranku. Suasana seperti ini tidak jarang aku temukan saat aku ingin mencurahkan pikiran. Tadi pagi, saat aku mempersiapkan diri untuk bekerja, aku menemukan sesuatu. Aku penasaran karena melihat beberapa gambar yang sepertinya aku tahu. Ternyata yang selama ini aku cari-cari sudah aku temukan, sebuah kertas koran. Koran bukan sekedar koran, haha :D tapi koran itu berisi bacaan yang aku cari. Aku menemukan banyak inspirasi dan rekomendasi dari koran tersebut. Kebetulan yang sedang aku cari adalah artikel yang berisi review novel yang ditulis oleh penulis muda berbakat, Cassandra niki. Aku sangat tertarik mengetahui lebih dalam tentang bukunya. Menurut kesimpulan dari review, cerita yang dia buat adalah kisah nyata yang ditulis pada blognya. Kemudian ia membekukan tulisannya itu menjadi sebuah buku.
Blog...? Kalau blognya aku sudah tahu, tapi bukunya belum tahu. Pasti lah tidak jauh berbeda dari blognya yang berisi diari tentang kesehariannya. Yang unik, aku ingin tahu bagaimana jadinya jika bahasa yang digunakan pada buku itu bahasa Indonesia. Karena menurut review bahasanya diubah yang asalnya bahasa Inggris ke bahasa Indonesia. Memang si Cassandra itu selalu saja menggunakan bahasa Inggris dalam blognya, padahal kan dia orang indonesia, tepatnya dari Yogyakarta. Aku pikir mungkin latar belakang keluarganya yang mempengaruhi. Kenapa menggunakan bahasa Inggris? Aku pernah bertanya-tanya, apakah karena untuk gengsi, atau karena tidak bangga menggunakan bahasa Indonesia, atau mungkin karena dia fasih berbahasa Inggris? Aku tak ingin berspekulasi !!
Berkat dia aku jadi ingin mengikuti jejaknya.
Aku jadi ingat pada waktu itu aku baru saja lulus dari sekolah menengah atas. Keinginanku banyak, diantaranya adalah kuliah di universitas favorit. Tapi kenyataan berbeda, aku tidak bisa kuliah karena keterbatasan biaya. Mungkin nanti bisa, disaat aku punya cukup uang dari hasil bekerja sekarang. Kemudian aku ingat, setelah lulus aku sangat terobsesi menjadi penyiar radio, hahaha. Aku sudah mencari banyak sumber tentang broadcasting dari teman, komunitas maupun internet. Ya memang aku beruntung, setelah beberapa hari aku mencari akhirnya ku temukan. Salah seorang sahabat memberi aku petunjuk. Dia tahu dimana tempat belajar untuk jadi penyiar karena beberapa waktu yang lalu diapun pernah mengikuti casting disitu. Dia mencoba peruntungan untuk jadi seorang presenter tapi tidak dilanjutkan, (yaaah *sad). Tapi setelah aku tahu berapa biaya yang harus dikeluarkan, aku pikir-pikir lagi. Lebih baik kuliah saja daripada ikut sejenis kursus yang karena diajar oleh artis menjadikan biayanya sangat mahal. Lagipula keinginan itu seperti mendadak. Sebelumnya aku tidak tahu sedikitpun tentang penyiaran, sejak aku sering mendengarkan radio aku mulai suka. Itu bukan berarti aku berbakat jadi seorang penyiar kan? Orang bilang aku tidak cocok di profesi itu, karena jadi penyiar itu harus bawel (kata mereka).
No comments:
Post a Comment