Sikap baik yang dilakukan pasti akan berdampak positif pada orang lain, begitu pun sebaliknya. Temanku, dia sudah lama tidak bertemu. Dia kerja di luar kota, cukup jauh dari Bandung. Beberapa hari yang lalu dia sempat datang ke rumah. Dia sekarang punya banyak perbedaan, perbedaan yang dia bagi mengarah pada pengalaman-pengalaman pribadinya tentang wanita. Dia bicara tentang masa pacaran yang dia lakukan sangat mengesankan. Lama kita terpisah sekarang dia kelihatan lebih gemuk. Sedangkan aku masih saja kurus, malah mungkin jadi kelihatan lebih kurus.
Well, hari-hari mendekati penghujung tahun dia baru datang setelah sekian lama bersembunyi dari masalah yang telah dia buat. Aku masih bisa mengingat kesalahannya tapi dia seperti santai saja saat bertemu kemarin. Sebuah kesalahan yang membuat hubungan kita hampir putus dan dia pun turut malu jika mau ke rumah, dia malu menemui kedua orangtuaku. Sebelumnya, sebelum hal itu terjadi dia dan kedua orangtuaku tidak ada masalah, mereka baik. Orangtuaku sangat baik pada dia.
Aku pernah berusaha membuat dia percaya bahwa aku sedang kesulitan untuk mendapatkan uang. Aku minta pertolongan dia, dan ternyata dia tidak sepertiku.
Hidup ini sungguh tidak adil. Apa yang ku lakukan ternyata orang lain tidak menghargainya. Aku tahu ini tidak benar. Semua anggapan tentang semua hal yang ada diotakku hanyalah temporal.
Tidak lama lagi aku akan berubah pikiran. Aku lebih suka menyendiri di tempat yang sunyi untuk merasakan suasana yang lebih baik. Aku tahu siapa aku. Aku ingin aku yang asli. Aku tahu semua kekurangan dan kehebatanku. Dan aku sering menahan amarah demi kebaikan orang lain.
Di rumah, aku sangat pengalah. Aku tidak ingin mamah dan bapakku sakit hati dengan kehadiranku. Sebisa mungkin aku selalu patuh pada mereka. Aku ingin hidup damai dengan keadaan ini. Allah menciptakanku dengan sempurna, yah seorang manusia yang tidak cacat, bisa berpikir secara normal dan apa lagi? Aku meragukan fisik ini dalam beberapa waktu.
Aku takut. Aku bingung dan seakan hidup dalam kesepian duniaku sendiri.
Temanku mungkin banyak tapi itu tidak lebih baik. Bukan berarti semua orang akan bisa membuatku senang dan puas dan nyaman. Aku menolak kehadiran mereka dengan sengaja. Sebagian orang yang sangat dekat keberadaannya sering aku tolak untuk berhubungan. Aku sendiri dan penyendiri padahal aku tidak suka tidak diperhatikan. Aku butuh kasih sayang. Kalau aku tanpa perhatian pasti aku akan sangat kesusahan. Seperti di rumah, kalau ibu tidak memasak, siapa lagi?
Aku tidak bisa memasak, bahkan aku tidak bisa menanak nasi secara tradisional. Kalau pun dengan rice cooker aku tidak suka rasa nasinya. Aku tidak bisa masak air, aku tidak berani naik ke atas genteng rumah karena takut ketinggian, tidak bisa menyalakan gas karena fobia pernah 'hampir' tersambar api, dan banyak hal-hal sepele lain yang sulit untuk aku lakukan.
Aku merasa sangat lemah, hatiku sangat sensitif. Aku ingin berubah untuk jadi tegar. Aku butuh penyemangat dalam hidup ini. Aku punya teman pun tidak sesemangat dulu. Aku masih saja bisa merasakan sepi dalam hati. Mereka tidak atau belum terlalu sayang padaku. Mereka sepertinya masih pura-pura untuk menegur aku. Aku ingin teman yang jujur menerimaku.
Aku tahu aku punya banyak sekali kekurangan. Tapi ini aku yang berbeda. Aku tidak sama seperti kebanyakan orang. Aku tidak ikut arus teman-teman yang lain. Kenapa aku seperti ini aku sulit menjawab. Mungkin mereka diciptakan Tuhan untuk membentukku jadi seperti sekarang?
Aku tahu tidak ada yang sia-sia di dunia ini. Semuanya akan terjadi sebab akibat, baik sekarang atau nanti. Aku cukup merasa jujur, sabar, dan berusaha meyakinkan untuk bisa menerima diriku sendiri apa adanya. Hidup ini pilihan, aku memilih jalan ini. Aku tidak akan sama seperti kalian. Tapi jangan khawatir, itu tidak berarti akan berdampak buruk. Aku akan mencoba bertahan dengan keadaan seperti ini.
Aku harus percaya kalau ini kehendak Tuhan untuk kemuliaanku suatu hari dimasa depan. Aku akan coba mencerna apa yang teman-temanku sampaikan, untuk melepas masa jomblo menuju pacaran. Sebenarnya banyak yang bisa aku lakukan terhadap beberapa teman yang potensial bisa kujadikan teman dekat atau pacar, tapi selalu aku terhambat dengan penyakitku, yaitu keraguan karena malu.
Tuhanku yang baik, aku harap kedekatanku terhadap watakku memberi solusi jitu dalam proses aku melangkah menuju kebahagiaanku. Beri aku petunjuk sesegera mungkin, dan siapakan aku calon pendampingku! Hehehehe.
Tidak lama lagi aku akan berubah pikiran. Aku lebih suka menyendiri di tempat yang sunyi untuk merasakan suasana yang lebih baik. Aku tahu siapa aku. Aku ingin aku yang asli. Aku tahu semua kekurangan dan kehebatanku. Dan aku sering menahan amarah demi kebaikan orang lain.
Di rumah, aku sangat pengalah. Aku tidak ingin mamah dan bapakku sakit hati dengan kehadiranku. Sebisa mungkin aku selalu patuh pada mereka. Aku ingin hidup damai dengan keadaan ini. Allah menciptakanku dengan sempurna, yah seorang manusia yang tidak cacat, bisa berpikir secara normal dan apa lagi? Aku meragukan fisik ini dalam beberapa waktu.
Aku takut. Aku bingung dan seakan hidup dalam kesepian duniaku sendiri.
Temanku mungkin banyak tapi itu tidak lebih baik. Bukan berarti semua orang akan bisa membuatku senang dan puas dan nyaman. Aku menolak kehadiran mereka dengan sengaja. Sebagian orang yang sangat dekat keberadaannya sering aku tolak untuk berhubungan. Aku sendiri dan penyendiri padahal aku tidak suka tidak diperhatikan. Aku butuh kasih sayang. Kalau aku tanpa perhatian pasti aku akan sangat kesusahan. Seperti di rumah, kalau ibu tidak memasak, siapa lagi?
Aku tidak bisa memasak, bahkan aku tidak bisa menanak nasi secara tradisional. Kalau pun dengan rice cooker aku tidak suka rasa nasinya. Aku tidak bisa masak air, aku tidak berani naik ke atas genteng rumah karena takut ketinggian, tidak bisa menyalakan gas karena fobia pernah 'hampir' tersambar api, dan banyak hal-hal sepele lain yang sulit untuk aku lakukan.
Aku merasa sangat lemah, hatiku sangat sensitif. Aku ingin berubah untuk jadi tegar. Aku butuh penyemangat dalam hidup ini. Aku punya teman pun tidak sesemangat dulu. Aku masih saja bisa merasakan sepi dalam hati. Mereka tidak atau belum terlalu sayang padaku. Mereka sepertinya masih pura-pura untuk menegur aku. Aku ingin teman yang jujur menerimaku.
Aku tahu aku punya banyak sekali kekurangan. Tapi ini aku yang berbeda. Aku tidak sama seperti kebanyakan orang. Aku tidak ikut arus teman-teman yang lain. Kenapa aku seperti ini aku sulit menjawab. Mungkin mereka diciptakan Tuhan untuk membentukku jadi seperti sekarang?
Aku tahu tidak ada yang sia-sia di dunia ini. Semuanya akan terjadi sebab akibat, baik sekarang atau nanti. Aku cukup merasa jujur, sabar, dan berusaha meyakinkan untuk bisa menerima diriku sendiri apa adanya. Hidup ini pilihan, aku memilih jalan ini. Aku tidak akan sama seperti kalian. Tapi jangan khawatir, itu tidak berarti akan berdampak buruk. Aku akan mencoba bertahan dengan keadaan seperti ini.
Aku harus percaya kalau ini kehendak Tuhan untuk kemuliaanku suatu hari dimasa depan. Aku akan coba mencerna apa yang teman-temanku sampaikan, untuk melepas masa jomblo menuju pacaran. Sebenarnya banyak yang bisa aku lakukan terhadap beberapa teman yang potensial bisa kujadikan teman dekat atau pacar, tapi selalu aku terhambat dengan penyakitku, yaitu keraguan karena malu.
Tuhanku yang baik, aku harap kedekatanku terhadap watakku memberi solusi jitu dalam proses aku melangkah menuju kebahagiaanku. Beri aku petunjuk sesegera mungkin, dan siapakan aku calon pendampingku! Hehehehe.
No comments:
Post a Comment