October 30, 2010

Mendalami Akan Arti Bersosialisasi

Hari ini banyak pengalaman yang saya dapat. Menyimpulkan betapa nyatanya perbedaan yang terjadi dalam bersosialisasi. Ada beberapa yang pro terhadap sikap dan pribadi saya, dan ada pula yang kontra. Saya pikir ini memang biasa, orang lain juga pasti seperti saya. Layaknya seorang public figure yang banyak mendapatkan cemooh maupun pujian dari masyarakat. Mereka yang menilai saya, yang mungkin hanya tahu keburukan saya, mereka hanya dapat menghina dan menjelekan saya.

Jika saya pergi pulang dari tempat kerja ke rumah, saya merasa ada atmosphere berbeda dalam lingkungan itu. Sebuah pemikiran dan perhatian yang sangat-sangat konserpatif terhadap saya. Orang tua tidak membuat saya takut. Saya berubah seketika menjadi pemalas. Sangat berbeda dengan kebiasaan di kantor yang sangat disiplin dan tegas. Saya merasa bersalah. Ketika saya berada di rumah, tahukah kamu apa yang saya kerjakan? Saya biasa tidur sampai kira-kira jam tujuh pagi dan setelahnya hanya berdiam diri di dalam kamar. Saya tidak sigap seperti saat di kantor. Harusnya saya bangun jam empat pagi untuk melaksanakan Sholat, tapi itu sangat sulit bagi saya. Keinginan memang ada, hanya dalam hal kesiapan yang paling menjadi masalah. Sungguh sebuah ironi.

Ketika orang-orang yang (mungkin) sangat tidak suka dengan saya melihat foto-foto saya di fb, saya pikir mereka akan muak. Mereka tidak senang dengan sosok saya. Ada banyak alasan yang menjadikan hal itu. Diantaranya sikap saya yang terlalu berlebihan. Sikap saya memang terkadang berlebih-lebihan, membuat orang bingung dan merasa dipermainkan. Padahal yang saya lakukan waktu itu hanya sebuah ungkapan dari saya. Jujur dari dalam hati dan memang seperti itulah ungkapan saya. Kurang atau lebihnya saya serahkan kepada yang merasakan. Itu barangkali faktor utama yang membuat mereka kesal. Saya seperti orang aneh bagi mereka.

Hari ini (31/10) saya melakukan kembali apa yang telah saya janjikan tempo dulu. Melakukan banyak hal dengan sahabat saya, dan itu cukup membuat saya bahagia. Kepuasan atau kebahagiaan memang relatif bagi manusia. Ada yang puas dengan hal seperti ini, atau dengan seperti itu, orang-orang punya keinginan masing-masing yang menurut mereka itu penting dan harus dilakukan demi mendapatkan kepuasan. Mengingat terkadang keinginan saya "konyol" jika dipikirkan oleh orang yang awam. Saya sering melakukan hal-hal yang tidak biasa. Membuat mereka terkejut takjub atau menolaknya. Sebuah pemikiran yang saya anggap inovasi.

Dilain sisi, beberapa orang sangat mencintai saya. Keluarga yang konserpatif  tapi perhatian dan rekan-rekan sepermainan yang sangat match dengan saya. Mereka memberi warna kehidupan. Kemarin sodara-sodara saya berkunjung ke rumah, melihat sikap polos mereka yang biasa dengan kehidupan yang memang di perkampungan membuat saya terpesona. Betapa jujurnya mereka, tidak ada sedikitpun kebohongan dan kebencian layaknya orang-orang moderen yang sangat kompetitif mencari dunia. Bahagia, ceria, bersyukur atas apa yang didapatkan. Mereka sangat senang meski urusan ekonomi mereka tidak terlalu hebat. Kebahagiaan dan kepuasan memang relatif.

October 28, 2010

October 11, 2010

Keinginan Menjadi Seorang Penulis dan Penyiar Radio

Aku tak tahu apa yang sedang ada dalam pikiranku. Suasana seperti ini tidak jarang aku temukan saat aku ingin mencurahkan pikiran. Tadi pagi, saat aku mempersiapkan diri untuk bekerja, aku menemukan sesuatu. Aku penasaran karena melihat beberapa gambar yang sepertinya aku tahu. Ternyata yang selama ini aku cari-cari sudah aku temukan, sebuah kertas koran. Koran bukan sekedar koran, haha :D tapi koran itu berisi bacaan yang aku cari. Aku menemukan banyak inspirasi dan rekomendasi dari koran tersebut. Kebetulan yang sedang aku cari adalah artikel yang berisi review novel yang ditulis oleh penulis muda berbakat, Cassandra niki. Aku sangat tertarik mengetahui lebih dalam tentang bukunya. Menurut kesimpulan dari review, cerita yang dia buat adalah kisah nyata yang ditulis pada blognya. Kemudian ia membekukan tulisannya itu menjadi sebuah buku.

Blog...? Kalau blognya aku sudah tahu, tapi bukunya belum tahu. Pasti lah tidak jauh berbeda dari blognya yang berisi diari tentang kesehariannya. Yang unik, aku ingin tahu bagaimana jadinya jika bahasa yang digunakan pada buku itu bahasa Indonesia. Karena menurut review bahasanya diubah yang asalnya bahasa Inggris ke bahasa Indonesia. Memang si Cassandra itu selalu saja menggunakan bahasa Inggris dalam blognya, padahal kan dia orang indonesia, tepatnya dari Yogyakarta. Aku pikir mungkin latar belakang keluarganya yang mempengaruhi. Kenapa menggunakan bahasa Inggris? Aku pernah bertanya-tanya, apakah karena untuk gengsi, atau karena tidak bangga menggunakan bahasa Indonesia, atau mungkin karena dia fasih berbahasa Inggris? Aku tak ingin berspekulasi !!

Berkat dia aku jadi ingin mengikuti jejaknya.

Aku jadi ingat pada waktu itu aku baru saja lulus dari sekolah menengah atas. Keinginanku banyak, diantaranya adalah kuliah di universitas favorit. Tapi kenyataan berbeda, aku tidak bisa kuliah karena keterbatasan biaya. Mungkin nanti bisa, disaat aku punya cukup uang dari hasil bekerja sekarang. Kemudian aku ingat, setelah lulus aku sangat terobsesi menjadi penyiar radio, hahaha. Aku sudah mencari banyak sumber tentang broadcasting dari teman, komunitas maupun internet. Ya memang aku beruntung, setelah beberapa hari aku mencari akhirnya ku temukan. Salah seorang sahabat memberi aku petunjuk. Dia tahu dimana tempat belajar untuk jadi penyiar karena beberapa waktu yang lalu diapun pernah mengikuti casting disitu. Dia mencoba peruntungan untuk jadi seorang presenter tapi tidak dilanjutkan, (yaaah *sad). Tapi setelah aku tahu berapa biaya yang harus dikeluarkan, aku pikir-pikir lagi. Lebih baik kuliah saja daripada ikut sejenis kursus yang karena diajar oleh artis menjadikan biayanya sangat mahal. Lagipula keinginan itu seperti mendadak. Sebelumnya aku tidak tahu sedikitpun tentang penyiaran, sejak aku sering mendengarkan radio aku mulai suka. Itu bukan berarti aku berbakat jadi seorang penyiar kan? Orang bilang aku tidak cocok di profesi itu, karena jadi penyiar itu harus bawel (kata mereka).