January 6, 2010

Esay yang Pernah Aku Kirim ke Redaksi PR

MENYONGSONG HARI-HARI SULIT | Esay yang pernah masuk di rubrik inspirasi Belia-PR (20 Oktober 2009)

Bagi sebagian pelajar yang sekarang tengah duduk di kelas 3 -- (IX SMP atau XII SLTA), pastinya sedang cemas karena mendekati waktu UN (Ujian Nasional). Saat itu memang saat yang menghawatirkan, karena akan menentukan kelulusan kita. Selama tiga tahun kita menyicil belajar dengan susah payah, maka dari itu, kita pula lah yang harus mensukseskan perjuangan kita supaya nantinya tidak sad ending. Memang nanti akan ada "penggodokan" terhadap kita, misalnya dengan bimbel, pemantapan dan try out. Tapi kalau kita menunggu untuk belajar pada saat mendekati hari H, itu enggak akan ngebuat efektif, malahan menyiksa diri kita.

Memang ada waktu yang tersisa beberapa bulan lagi untuk bersiap-siap, tapi biasanya godaannya besar banget. Godaan yang datang pada kita sebagai pelajar pastinya beragam, kaya misalnya pacaran, internetan, ngeband, ikut perlombaan/pertandingan enggak formil dan lain-lain yang dapat mengalihkan perhatian kita pada belajar.

Sekarang dengan berkembangnya situs-situs jejaring sosial seperti fb, twitter, blog atau yang lainnya, memungkinkan kita untuk lebih berkonsentrasi me-menej hal tersebut ketimbang belajar. Memang sulit untuk lepas dari keenakan berinternet, apalagi dengan tampilannya yang lebih menarik daripada sekedar membaca buku atau menghapal rumus-rumus matematika. Tapi, internet bisa digunakan lebih dari itu. Misalnya saja saat aku mau mencari bahan tentang biografi Albert Einstein, di internet lebih mudah daripada kita harus mencari bukunya yang barangkali susah dicari. Kita tinggal memasukan keyword-nya saja pada address bar google atau browser lainnya, dan dalam hitungan detik langsung bisa ter-detect data-data yang berhubungan.

Berinternet saat mendekati ujian juga bisa bermanfaat, asal kita berniat dengan sungguh-sungguh untuk belajar karena internet juga sumber ilmu malahan lebih dari sekedar buku atau yang lainnya. Saran dari saya buat Belia adalah, konsisten belajar tapi jangan terus-terusan coz bisa jadi enggak baik hasilnya, mendingan kita melakukan semuanya secara sedang dan teratur. Internetan boleh aja tuh, tapi belajar juga harus dilakukan termasuk sambil internetan, selamat mencoba yaa..!***




EJAAN ITU PENTING

Beberapa waktu lalu, aku melihat temanku sedang mengetik sebuah tulisan untuk karya tulis. Pada saat itu, dia mengetik dengan agak cepat dan tanpa melihat monitor. Ya kalau menurut aku sih, tulisannya salah! Tanpa menghiraukan tanda baca seperti titik (.), koma (,), tanda tanya (?), tanda seru (!), dan tanda baca yang lainnya, dia terus saja mengetik. Tulisannya seperti tidak enak dilihat dan terkesan tidak rapi.

Meski sekarang kita terbiasa dengan penggunaan bahasa prokem (bahasa gaul), tapi itu juga harus disesuaikan dengan konteks kalimat dan keadaannya. Menurut aku, menulis dengan menyalahi aturan seperti tadi (salah penempatan tanda baca) itu lebih terkesan salah sekali dibanding dengan penggunaan bahasa seperti enggak, pengen, banget, pake, dan kata-kata lainnya. Selain salah dalam meletakan tanda bacaan, ada juga yang salah dalam menggunakan ejaan.

Menurut buku yang pernah aku baca, Ejaan itu ada dua macam, yaitu ER (Ejaan Republik, tahun 1947-an) dan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan, tahun 1972 sampai sekarang). Ejaan Republik dan Ejaan Yang Disempurnakan memang berbeda, misalnya dalam pelafalan huruf c dalam ejaan lama (ER) dibaca se, sedangkan dalam ejaan sekarang (EYD) dibaca ce. Begitupun dengan huruf-huruf lainnya, seperti pelafalan huruf j dalam ejaan lama dibaca ye, dan berbeda dengan ejaaan sekarang yang dibaca je.
Memang karena nama huruf dalam ejaan lama (ER) itu sama dengan nama huruf dalam abjad Belanda. Jadi kecap ABC jangan lagi dibaca 'kecap a-be-se', tapi 'kecap a-be-ce'. Sama halnya dengan motor 100 cc jangan dibaca 'motor seratus se-se', tetapi motor seratus ce-ce', tapi itu semua kembali lagi kepada penggunanya, apa mau menggunakan ejaan lama atau yang baru?

Menurut hemat ku, kita harus menggunakan tata bahasa yang baik dan yang sesuai aturan serta kebutuhan. Penggunaan kata atau kalimat yang akan kita tulis haruslah disesuaikan dengan konteks dan juga keadaan. Misalnya kita akan menulis karya ilmiah, jadi harus dibedakan dengan saat dimana kita sedang membuat sebuah curhatan di binder ataupun diary blog. So, hati-hatilah menulis supaya Belia tidak membuat kesalahan ejaan karena ejaan itu penting.***

6:25 pm, Tuesday, Oktober 27, 2009




Emotional Intelegents a.k.a. Kecerdasan Emosi

Banyak cara yang ditawarkan orang dalam melatih responcibility seorang "klien". Ada orang yang dilatih untuk berespon agresif terhadap stimuli, ada juga yang berlatih merespon dengan cara melarikan diri. Ada pula yang menggunakan pendekatan bersembunyi atau mencari pembenaran diri pada apapun. Pada pendekatan yang terakhir ini apapun dibenarkan sebagai dukungan terhadap kebenaran diri karena mendapat serangan dari lingkungan. Nah paradigma ini yang biasanya dibangun dalam budaya. Sehingga muncul budaya kalau tidak setuju diam saja, nanti kalau sudah keterlaluan baru kita bereaksi. Nah ini mengakibatkan sekelompok orang untuk diam selama tidak setuju dan kalau sudah tidak tahan baru bereaksi dengan reaksi yang lebih agresif dan anarkis.

Kecerdasan emosi itu bukan semata kemampuan seseorang mengendalikan emosi pada tempat dan waktu tertentu. Dalam Kecerdasan Emosi seseorang dibekali semacam peta baku yang menjadi “rujukan” untuk respons terhadap spekuli, atau respons terhadap hubungan. Seorang anak yang sudah memiliki Peta Kecerdasan Emosi tidak akan berespons negatif ketika dihina sebab dalam dirinya sudah ada peta bahwa hanya orang yang rendah saja yang marah ketika direndahkan orang lain. Seseorang yang sudah memiliki Peta Kecerdasan Emosi tidak akan berespons negatif ketika dikatakan bodoh atau enggak gaul oleh pihak lainnya sebab dalam Peta Emosi yang dimilikinya ada petunjuk bahwa hanya orang bodoh saja yang mengatakan orang lain bodoh.

Kalau secara kolektif bangsa ini diisi oleh individu-individu yang bereaksi positif terhadap apapun yang terjadi di lingkungan kita. Yakinlah kehidupan bernegara dan berbangsa ini akan lebih damai dan syahdu. Jadi, penyemangatan yang kita bahas adalah penyemangatan yang memiliki muara pada pengertian-pengertian baik dan positif, bukan dari acara hingar bingar seperti musik keras atau teriak-teriak atau loncat-loncat atau melalui obat dan juga minuman yang membantu artificial kita untuk merasa kelihatannya seperti bersemangat. Penyemangatan yang demikian ini sesaat saja sifatnya.

Di Jepang ada sebuah toko barang antik yang disediakan untuk para eksekutif yang tengah dilanda amarah. Disitu, orang boleh memecah berbagai jenis keramik yang ada dengan harapan setelah itu orang akan merasa lega karena amarahnya telah ditumpahkan pada barang-barang yang dipecahkannya.
Seperti yang saya ungkapkan barusan, pendekatan semacam itu temporal saja sifatnya. Dan ini bukan pemecahan. Marah hanya bisa diobati dengan memaafkan. Menahan amarah tanpa memaafkan hanya akan menambah penyakit saja.




Easier First

Waktu kian "mepet", enggak kerasa mendekati semester dua. Disitu, para kader Ujian Nasional dicoba dengan berbagai test dan berbagai hal yang membuat hati enggak tenang. Sebelumnya sudah dilakukan berbagai test yang rutin dilakukan, seperti Ujian Semester atau Ujian Tengah Semester (UTS). Tapi tanpa terasa hal yang dianggap sepele bagi sebagian orang itu menentukan kualitas dalam kemampuan kita nanti pada saat Ujian Nasional. Termasuk didalamnya Ujian Harian adalah sesuatu yang perlu kita perhatikan dan waspadai.

Bagi siswa yang memang sudah biasa dengan males-malesan, enggak ngerjain PR, terlambat datang ke sekolah, bengong saat guru nerangin, dan juga sikap kurang baik lainnya, itu sebaiknya kita stop sekarang dan kita harus mempermanenkan sikap baru yang baik dan terpuji. Sikap baru disini mempunyai terminologi yang mengarah pada restorasi dan improvement kita untuk menjadi seseorang yang rajin, gesit (tidak menunda-nunda waktu untuk melakukan sesuatu), cepat tanggap, semangat, kerja keras dan lain sebagainya.
Aku adalah termasuk sebagian dari orang-orang yang pemalas. Setiap menjalankan aktivitas selalu ditunda-tunda dan selalu terlambat. Dalam keseharianku, aku selalu menganggap semua itu biasa saja dan mengira itu bisa diatasi dengan mudah. Padahal anggapan itu tidak sesuai dengan kenyataannya, dan malah jauh melenceng dari perkiraan.

Setelah setiap hari terus saja "diomeli" oleh guru-guru, aku menjadi malu dan merasa kurang banget. Mereka selalu memotivasi sekaligus "mendesak" kita untuk berbuat lebih baik dari sekarang. Pada akhirnya, kita butuh seseorang yang bisa mendorong kita supaya bisa dibantu dengan cara yang "polite". Dikarenakan sudah terbiasa dengan sikap buruk itu, biasanya kita menjadi menutup diri dari ilmu dan ajaran guru karena merasa malu sudah terlanjur terlambat.

Jika memang kita kesulitan untuk bisa memahami mata pelajaran (terutama yang kita enggak suka -- karena sulit), kamu bisa gunakan tips dari guru aku. Beliau mengatakan "cobalah, kerjakanlah yang kita bisa terlebih dahulu dan pelajaran yang paling kita sukai utamakan". Tapi pelajaran lain juga bukan berarti dibiarin gitu aja. Misalnya saja aku, aku lebih suka pelajaran Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia ketimbang yang lainnya. Jadi kalo kita udah ngejalanin apa itu yang kita suka, mudah-mudahan pelajaran lain yang emang kita enggak bisa jadi bisa. "Sarat hidup sukses yang paling mendasar selain disiplin waktu adalah, makan dan tidur teratur.. ", pesan ini di sampaikan oleh ibuku tersayang hehehe. Selamat mencoba ya, "prioritizing the more easily".***

No comments: