January 9, 2014

INI

9 January 2014 at 07:10

Banyak hal di dunia ini yang bisa dilakukan. Hal-hal tersebut ada yang berskala kecil, sedang atau besar. Mudah atau sulit dalam mengerjakannya. Sepele, penting atau penting sekali dalam impact-nya. Bermanfaat atau mubazir.

Kenyataannya apapun yang dilakukan akan memberi kesan baru - kesan bahagia, bangga, bersyukur dan yang paling menyedihkan; penyesalan atas hal yang telah dilakukan.

Aku telah melakukan banyak hal dalam hidup ini, separuh penting dan separuh penghamburan jatah waktu hidup. Banyak diantaranya kuhabiskan untuk diam, sedikit belajar tentang hal-hal baru, bercerita, sisanya mengeluh, mungkin..

Tapi aku ingat quote Anas Urbaningrum, ketika itu dia diwawancarai oleh seorang wartawan muda Metro TV di rumah pribadinya di Jakarta ketika dia diduga terjerat kasus korupsi. Dia bilang, "Dalam hidup ini tidak ada yang percuma. Semua yang sudah terjadi adalah bayaran dari masa lalu yang pernah kamu lakukan. Dan hal paling rugi di dunia ini adalah menjadi orang yang menyesal. Penyesalan sangat mematikan! Jangan menyesal, ambil hikmah dan renungkan. Mungkin itu memang yang terbaik untukmu supaya kedepannya kamu berpikir lebih peka dan lebih serius."

Selalu, setiap menjelang tidurku dan sesaat ketika ku terbangun dari tidurku di pagi hari, aku bertanya pada diri sendiri, bagaimanakah INI?

Tanggung jawab akan diri sendiri yang setiap saat mengingatkanku namun dia sepertinya sangat ramah padaku hingga dia memutuskan untuk mengambil sikap "selalu represif" dalam setiap keputusan. Walau aku sering terpuruk, dia menghargai perasaanku. Terima kasih atas kesabaranmu. Aku masih pemula dalam berpikir peka. Teruslah bantu aku untuk lebih baik. Kaulah nafsuku, pemberian Tuhan.

Masa depan yang kuharap dan masa muda yang tengah kujalani, menyisakan banyak cerita manis dan pahit. Semua mesti kuhadapi, sesakit apapun jikalau masih bisa bernafas, itu kan masih ada kesempatan untuk berpikir. Ya, berpikir adalah kunci sebuah tindakan.

Selain daripada itu, kebiasaanku mencibir diri sendiri yang membuat asaku bunuh diri. Kadang aku tidak respect pada diriku sendiri. Banyak keluhan dan pertanyaan untuk itu. Kadang menurutku, aku malu berlenggak di dunia menggunakan raga yang tidak elok ini. Tapi apa mau dikata, lebih baik bersyukur sebagai seseorang yang sederhana ketimbang mati dibunuh rasa penyesalan seumur hidup.

Banyak yang harus kukaji lagi. Usia 22 ini tidak sepenuhnya lebih baik dari sebelumnya. Setiap waktu adalah proses eksplorasi dan introspeksi diri.

Terima kasih kepada raga yang menitipkan juga otak yang ramah ini untuk kupergunakan sebagai organ berpikirku menulis ini.

Terima kasih Tuhanku, yang menitipkan semua ini padaku. Maaf jika aku selalu menjadi orang yang tidak pandai mensyukuri nikmat.


Aep Hermawan.

No comments: