January 3, 2014

Endapan 2013 Untuk Sebuah Harapan yang Terus Berdetak

Belajar bahasa itu sungguh menyenangkan. Sejak kecil saat aku mulai belajar bahasa seperti bahasa Indonesia, Sunda, Inggris dan sekarang Korea, that was very interesting. Aku suka belajar bahasa, aku suka hal-hal baru yang berbau sastra, sejarah, seni, politik, psikologi dan jurnalisme.

Saat aku mulai untuk fokus pada hal yang kuminati itu, selalu saja ada hal yang dilematis. Banyak diantaranya cenderung pada kontradiksi pemikiran diri sendiri, hobi atau orientasi masa depan tentang materi. Meski pada akhirnya bisa diatasi dengan perlahan.

Di tahun 2013 muncul niatku untuk pergi ke negeri ginseng, Korea Selatan untuk bekerja. Pemerintah daerahku membuka peluang besar untuk menjadikan pemuda/pemudi yang belum lama lulus SLTA untuk bisa bekerja di sektor industri di Korea Selatan. Semangatku menggebu sejalan dengan banyaknya prediksi baik akan negara kaya itu. Terlebih setiap kulihat di tv berita tentang harga rupiah yang terus melemah bisa menimbulkan mata uang Korea bisa lebih mahal jika ditukar ke kurs disini.

Tapi perlahan rencana menjadi terkendala banyak hal. Awalnya kukira tak akan serumit ini. Memang saat ini sudah cukup banyak materi dasar pelajaran bahasa Korea yang kukuasai, tapi itu tidak cukup, karena untuk menghadapi ujian kelulusan, dalam beberapa bulan sebelumnya harus menjalani proses belajar lagi; pemantapaan.

Aku sudah menjalankan proses awal belajar dasar sejak Juli sampai Oktober 2013, dan sekarang sisanya aku belajar di rumah. Banyak perbedaan, kalau di rumah lebih malas dan tidak ada teman untuk sharing. :/

In the end, aku tidak memilih pemantapan di bulan Januari dan Februari dengan beberapa pertimbangan yang sangat kompleks. Tapi aku akan ikut ujian nanti sekitar bulan Juli tahun ini, meski tidak dapat tambahan di pemantapan. Aku hanya mengandalkan kerajinanku di rumah saja. I beg for my future.

Setelah memutuskan itu, aku sangat down. Sempat galau dan mengisolasi diri dalam beberapa hari. Aku tidak keluar kamar dan stress. Kesal pada orang tua yang tidak sejalan dengan tujuanku. Entah kenapa aku merasa itu adalah kekecewaan yang sebetulnya bisa dihadapi, tapi orang tua berkata lain.

Sementara, di sisi lain, teman-teman dekat yang selama ini selalu ikut andil dalam perjalanan hidupku mengatakan hal lain dan menawarkan solusi tersendiri. Bisa dibilang itu juga baik, tapi tetap saja - mayoritas orang bilang pilihan pertamaku adalah pilihan yang terbaik, sebuah peluang untuk masa depan.

Aku berpikir bahwa bergelut dalam dunia entertainment tidak selamanya di atas dan stabil. Aku lebih tertarik untuk bekerja di Korea, meski dengan susah payah perjuangannya tapi akan menuai hasil dalam beberapa waktu yang itupun tidak terlalu lama. Tapi meski begitu, dunia musik yang menjadi semangat hidupku tak akan aku lupakan. Karena suatu saat, aku akan kembali dengan semangat yang baru dan susah untuk padam. Karena musik adalah passionku, hal yang pernah membawaku pada puncak rasa percaya diri, hingga menjadikanku tahu tentang indahnya dunia.

Aku akan berjalan pada dua jalan tersebut. Cita-citaku adalah menjadi musisi dan juga pengusaha. Hobiku membaca, menulis, bermusik. Hal itu akan kujadikan pedoman hidup sampai akhir hidup nanti. Semoga Allah memberikan yang terbaik dalam setiap niat baikku dalam menjalani semua "rencana-rencana itu", karena Allah lah yang "mengizinkan".


Aep Hermawan, 3 Januari 2014

No comments: