September 10, 2009

911

Misalkan, anda berada di Amerika Serikat atau Kanada. Angka 911 adalah nomor telefon darurat. Nomor itulah yang anda tekan, bila membutuhkan ambulans secara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

Dalam film-film thriller Hollywood, saya sering mendengar orang disana melafalkan angka itu "nine one one" (sembilan satu satu). Semula, menurut Wikipedia, orang juga melafalkannya "nine eleven" (sembilan sebelas). Namun, pelafalan yang disebutkan kemudian tidak terus dipopulerkan. Pasalnya, anak-anak bingung karena pada pesawat telefon tidak ada angka sebelas.

Jika angka itu dilihat dalam kalender, kita mendapat tanggal 11 September. Kita masih ingat, hari itu pada 2001, menara kembar di Kota New York ambruk, setelah ditubruk pesawat-pesawat terbang yang membawa bom. Lebih dari dua ribu orang, termasuk para pembajak pesawat tewas.


Mungkinkah para pembajak pesawat memilih tanggal itu buat memperkuat efek gawat bin darurat? Saya tidak tahu. Kedua menara World Trade Center itu sendiri sepertinya sudah jadi simbol kedigdayaan negeri tempatnya berdiri. Yang pasti, sejak hari itu sebutan "nine eleven" merujuk kepada petaka itu. Peristiwa itulah yang dijadikan titik tolak AS, untuk memaklumatkan "perang melawan terorisme".


 

Seperti banyak orang lainnya, saya menyaksikan tayangan itu di televisi. Sore itu, adegan itu tertayang berulang-ulang. Citraan yang muncul tampak seperti yang kerap terdapat dalam film-film Hollywood ada ledakan, semburan api, kehancuran gedung tinggi, jerit tangis dan sosok-sosok yang berlarian. Hari itu saya berada di Jakarta, sekitar 16.179 km jaraknya dari Kota New York. Tentu buat orang-orang yang mengalaminya, peristiwa itu lebih dari sekedar berita buruk.

No comments: