October 30, 2012
October 28, 2012
Sunda Bebeja
Si Agnes kalah beuki cuek bebek. Hayeuuum. Susah euy. Kumaha nya, mening entong we kitu, da bari kristen deuih, pibakaleun ruweut ieu mah. Bogoh mah teu kudu kieu ceuk batur oge. Sial euy urang mah kajebak cinta buta. Kudu dipohokeun ieu mah. Urang wae nu miheulaan, asa teu pantes. Hayoh weh dideketan ari manehna embungeun mah da moal eucreug ah. Geus ah montong dituluykeun nukieu mah, pidorakaeun wae. Korban perasaan.
October 26, 2012
(*)_(*)
Baru
pulang dari Gramedia, beli buku. Tadinya *niat banget* pengen buku
Letters, Stories and Dreams (sejak dulu sampe sekarang belum kesampean,
karena stok di tokonya abis terus) Euh padahal pengen banget, best
seller pula! Tapi langsung inget buku waktu baca-baca di rumahnya si
Septian, judulnya Long Distance Heart. Tapi tetep sama juga, stok habis.
Terpaksa deh beli yang ini, My Long Distance.
Tak ada yang berjalan mulus dalam hubungan jarak jauh. Tapi tolong kuat. Tolong. Kita bisa baik-baik saja. Bergantunglah pada mimpi dan harapan. Aku milikmu. Aku pasti kembali. Kita akan bersama lagi. Jarak itu ada agar rindu ini semakin indah, saat menantikan kedatanganmu.
Sama
juga kok dari penulis buku Long Distance Heart, tapi beda edisi.
Sebelumnya juga tertarik sama bukunya Sarasvati - DANUR, tapi lihat
sinopsisnya, serem banget, soal hantu -___- Terus juga sempet ngelirik
bukunya Dee - Madre, tapi ceritanya tentang tiong hoa, kayaknya gak
seru. Udah deh beli yang LDR, penasaran juga sih. Hahahaha.
Mempertahankanmu mudah, tapi aku kesulitan mendapatkan perhatian
darimu. Mempertahankanmu mudah, tapi aku kesulitan menahan rinduku jika
kamu tak membalasnya. Memperthankanmu mudah, tapi aku selalu tak terbagi
saat kau sibuk. memperthankanmu mudah, tapi aku kesulitan menerima
kabar darimu. Sederhana memang nampaknya, bahkan dilakukan dengan tak
sadar. Namun, apa yang dirasakan tak sesederhana itu. Aku tak tahu apa yang kau kerjakan disana, tapi aku percaya. Aku tak
tahu bagaimana hatimu disana, tapi aku percaya. Aku tak tahu kebenaran
dari setiap kabar yang kau berikan kepadaku, tapi aku percaya. Aku tak
merasakan secara nyata hadirmu di sisiku, tapi aku percaya.
Tak ada yang berjalan mulus dalam hubungan jarak jauh. Tapi tolong kuat. Tolong. Kita bisa baik-baik saja. Bergantunglah pada mimpi dan harapan. Aku milikmu. Aku pasti kembali. Kita akan bersama lagi. Jarak itu ada agar rindu ini semakin indah, saat menantikan kedatanganmu.
Labels:
Convenience,
Daydreamer,
Everyday Life,
Journey,
Kolega,
Potraits
October 23, 2012
A
Malam ini jujur aku serius memikirkan sesuatu.
Sosok itu adalah sosok yang susah kulupakan
Dia sangat bepengaruh
Dia sangat aku hargai
Aku kenal dia sejak kelas dua sekolah SMP
Lama tak terdengar kabar darinya. Aku sangat merindukannya. Tapi perasaan itu tetap saja selalu ada setiap aku mengingat sosoknya. Aku tidak bisa menjelaskan hal ini. Terlalu banyak kenangan yang berkesan untukku. Aku ingin bertemu dia tapi aku malu. Dia sedang melenggang diantara kesuksesan, aku khawatir dia akan berubah padaku.
Cukup lama memori itu mengapung tak jelas. Tapi hembusan gelombang kabar perlahan menghembuskan rasa kepenasarananku. Sedikit demi sedikit kenyataan mulai tersingkap dengan elegan.
Apa kamu masih ingat saat-saat hampir terakhir kali kita bertemu? Dan saat-saat lainnya, selalu saja aku menghadapkan sikapku yang pemalu ini kepadamu hingga kamu pun merasa aneh. Aku yang terlalu lower atau kamu yang biasa saja? Keadaan kita beda tapi keinginan kita yang sama.
Ya Allah, aku sangat merindukan teman karibku itu. Semoga dia bisa merasakan rindu yang ku rasakan juga. Dua setengah tahun lebih, waktu yang melekat seperti lem kayu dalam otakku.
October 22, 2012
Malam yang Berkeringat Kegelisahan
Hari ini, maksudnya kemarin, karena sekarang udah jam 12:29 am, capek banget. Dimulai dari kerja dari pagi hari dan akhirnya gue stuck di jam setengah duabelas siang. Tenaga gue udah abis. Sialan banget gue kan gak biasa kerja secapek itu. Fisik gue semakin ringkih dengan beban-beban itu. Ditambah keadaan kesehatan makin buruk. Seringkali penyakit-penyakit temporal di tubuh gue mendadak kambuh. Anemia, migrain, sesak nafas yang gak jelas apa sebabnya. Hidup gue jadi semakin menderita dengan keadaan baru ini. Setelah gue resign dari sebuah cafe, waktu menuntut gue untuk kembali sigap dan memaksa untuk selalu jangan berleha-leha. Karena dengan sikap itu, harapan dan masa depan yang gue dambakan akan semakin jauh. Gue takut banget, setakut-takutnya orang yang kehilangan orang terkasihnya. Disaat semua temen-temen gue mendapatkan apa yang mereka mau dengan keberuntungan mereka, gue malah masih diem disini dan cuma bisa merhatiin mereka, dari socmed pula. Gue rasanya malu kalo ketemu mereka. Perasaan gue udah kabur karena mindset baru ini makin kuat tercipta seiring perkembangan hidup mereka.
Kenapa hidup ini begitu kejam? Menurut gue, gue gak salah kalo selalu ngambil keputusan resign disetiap kesempatan kerja yang pernah gue alami. Perlakuan yang gak semena-mena dan gak sopan, apa harus ditanggapi dengan senyum murah yang mencerminkan kepasrahan? Santai dimarahi? Tenang dijelek-jeleki? Diungkit-ungkit kesalahan sepele jadi masalah gede dengan mulut yang kotor, gak mencerminkan orang dewasa pintar yang bijak. Kenapa gak pake bahasa yang lebih lembut dan santun? Intinya, gue gak bodoh. Semua yang gue pilih adalah yang terbaik. Bukan berarti kehilangan sebuah pekerjaan yang menurut orang lain bagus adalah sebuah kesalahan besar yang gak akan bisa dicari lagi di dunia ini. Untuk apa manusia diberi akal kalo harus selalu terpaku pada satu hal dan berat banget untuk move on? Think again.
Mental ini semakin kesini malah semakin lemah. Gak kayak orang lain yang selalu survive. Apa bedanya survive dengan maksain untuk tetep disitu, kerja dengan omelan kecil atau besar yang setiap berangkat selalu jadi momok yang membayangi saat-saat sibuk kerja itu. Gue gak rela untuk hal ini. Emang hidup ini sulit kalo mikirnya sempit kayak gue. Jujur gue emang suka gampang putus asa, apalagi ditengah situasi yang lagi parah kayak gitu. Seakan gak bisa nahan kontrol atas diri sendiri. Gak bisa nge-handle situasi biar lebih aman minimal buat gue sendiri. Dilain sisi, kebanyakan temen gue udah pada sukses. Mereka dapat dukungan penuh dari keluarga atau sodara atau temennya yang punya banyak kanal untuk terjun ke dunia bisnis yang ekstrim tapi kalo emang serius berani malah akan ngejadiin kaya, kaya banget. Buktinya aja temen gue, sekarang denger-denger dia udah punya mobil sendiri. Gak tau gimana caranya dan dimana dia kerja. Sumpah deh gue iri banget, udah ketinggalan langkah dari mereka, para pencuri start.
Apa yang harus gue lakukan untuk mencoba seperti mereka, minimal ada di belakangnya sedikit, sukur-sukur kalo bisa sama sejajar dengan mereka atau melebihinya. Apa gue harus pinter-pinter nyari sesuatu itu, yang bisa ngebikin keadaan gue lebih baik. Gue akan tunggu kabar (yang semoga) baik itu dari sodara gue di pertengahan bulan Dzulhijah ini. Dan semoga Allah memberkati semua yang gue harapkan. Semua manusia adalah ciptaan Tuhan, jadi kenapa selalu ada perbedaan takaran rezeki? Kenapa gue gak sama dengan dia atau mereka. Apa ini semua kesalahan gue? Kadang gue merasa pengen gak ada di dunia ini. Ini udah maksimal loh kalo menurut kemampuan gue. Ikhtiarnya udah, do'anya mungkin kurang panjang jadi kurang sempurna?
Sepertinya gue harus introspeksi lagi kenapa semua ini selalu terjadi pada diri gue.
Move on, shine on!
Move on, shine on!
Move on, shine on!
Terima kasih untuk hari ini. Kalian ngasih banyak perhatian dan pengaruh buat gue. Latihan band tadi cukup seru walau sebenarnya gue udah ngerasa lemes banget. Bodi guenya udah bobrok kayak mobil butut. Anyway, Thanks for you both, Sandy and Abie.
October 17, 2012
Laid to Rest
Im
ashamed to say this. i
like this song, especially in
the drum's part. First time ive
said that this song wasn't right for me. Im always reading and
looking for meaning of bad
signs of Jewish
culture in modern music. As a symbol of metal fingers that ive ever written before. Cek diz awt : http://aepdependonme.blogspot.com/2011/06/metal-tai-anjing.html
I admit that i dont agree wid those things. but i
liked it music. just
to vent feelings of distress.
October 16, 2012
Dibuang Sayang - The Untold Story Behind Tour D'Java
Hari ini gue buat double post.
Cerita absurd dibalik perjalanan Tour D'Java Oktober 2011 ke tiga kota bersama Trinalars.
Cerita absurd dibalik perjalanan Tour D'Java Oktober 2011 ke tiga kota bersama Trinalars.
Sorry, mungkin ini telat, harusnya ditulis waktu dulu. Hehe..
Perjalanan itu udah dikonsep sejak sebulan sebelumnya. Saat gue baru tau tentang rencana itu, gue langsung mikir gue harus bisa ikut sama mereka. Kebetulan juga waktu itu si Dery yang sebelumnya lead guitar Jhard ngundurin diri. Gue langsung nabung sejak tau rencana itu.
Orang-orang yang ikut diantaranya Kak Erik selaku manager band juga supir waktu itu, hehe, thanks berat ya Kak udah berjasa banget buat kita semua :) Terus Gue sendiri, Asep bass, Halvi guitar, Jimmy vocal, Riyan drum dan Tatank sebagai kru yang setia dijadiin back up dan official disetiap kesempatan, hahaha.
Saat perjalanan dari Garut menuju Sukabumi, Riyan sang drummer mabok abis-abisan di mobil sampe pucat banget, hahaha. Nah sebelum dia itu gue yang mabok duluan, waktu perjalanan dari Ciwidey menuju Garut. Tapi kalo dilihat secara intensitas muntahnya kayaknya lebih parah si Riyan deh, coz dia sampe lemes banget dan kasihan banget deh, hohoho. Bahagia diatas penderitaan orang lain.
Sebelum menuju Garut, kita nyempetin untuk istirahat, dan makan siang ditengah perjalanan, tepatnya di sekitar daerah Majalaya di sebuah rel kereta api. Siang itu panas banget. Semua keluar dari mobil dan ada yang buka baju segala saking gerahnya. Saat pengambilan gambar di rel kereta itu, gue gak nyangka bakal diajak berpose narsis bareng mereka, eh ternyata diajak. Entah kenapa gue waktu itu serasa kurang pede untuk bisa bareng sama Jhard padahal mereka itu temen-temen deket gue semua. Mungkin karena gue lebih ngerasa predikat additional player adalah yang gue sandang.
Setelah sampe di Bukit Alamanda Resort di Garut, kita istirahat sejenak dan lihat-lihat situasi sekitar. Pengalaman pertama banget buat kita berlima bisa pergi ke kota lain untuk perform band. Sebelum giliran tampil, ada banyak band yang udah ngantri duluan di rundown acara itu. Seinget gue, kita tiba disana sekitar sore-an deh, mungkin jam 4 sore, dan tampil diwaktu setelah Sholat Magrib. Yang paling berkesan di panggung itu adalah penampilan band Satu Visi, Zvoo, Rikhie Asbo dan lain-lain. Di kota kedua dan ketiga juga gak jauh dari band-band itu, ya karena mereka juga ikut satu rombongan juga, tapi mereka ikutnya bareng bus Trinalars.
Hal yang bikin nervous dan malu-maluin, terutama buat gue sendiri adalah...
- Waktu tampil di Ramayana Cianjur, pick gitar gue ilang entah kemana. Terus gue bingung mau pake apa, soalnya yang lain juga gak bawa cadangan. Akhirnya gue disaranin si As untuk pake kartu seluler 3 gue. What the hell, hal yang maksain banged dan bikin malu.
- Pas mau tampil di Garut emang udah disediain effect gitar satu, dan yang satunya lagi kita bawa sendiri. Nah, waktu di Sukabumi dan Cianjur giliran panggungnya gak nyediain effect, jadinya kita pontang-panting nyari effect pinjeman. Wajar aja sih waktu itu masih newbie dan serba keteteran, kurang prepare peralatan, apalagi perlengkapan yang terbaik.
- Pas di Ramayana Cianjur juga ada kesalahan fatal yang sampe saat ini masih gue inget. Hal itu pasti diinget juga sama temen pesbukan gue sekarang hahaha. Dia akhirnya jadi deket sama gue semenjak kekonyolan itu. Denny Gurnita, gitarisnya Rikhie Asbo. Waktu gue tampil dengan peralatan (effect) yang dipinjem dari dia, sontak gue jadi salting dan super grogi karena dia berdiri di samping gue - di samping kanan panggung dan itu deket banget. Mungkin dia pengen mastiin kalo gue akan bisa mainin effect-nya -___-"
Performance gue secara keseluruhan adalah - BAD. Gue jadi biang keladi kegagalan itu karena kegrogian gue. Tapi kegagalan yang gue alamin nyatanya bisa jadi bahan pertimbangan buat semua pihak. Setelah dirembukin, kita semua akhirnya bikin resolusi di segala aspek. Kita tunggu aja penampilan baru Jhard dengan perbaikan-perbaikan itu.
Galau Sepanjang Hari dan Itu Sangat Memuakan
Hari yang galau berat. Inget gak waktu itu gue pernah berharap tentang duit hasil jual rumah ortu? Ternyata gak jadi dibeli. Sial banget *mirip cerita di sinetron tentang perebutan warisan*. Dan hari ini gue juga bete karena gak keluar rumah. Gue belum beli gitar yang gue idam-idamkan itu. Masalahnya karena ya karena duit yang gue harepin itu gagal cair. Terus gue belum juga kerja. Tiga hari yang lalu udah gue kirimin lamaran ke perusahaan nirlaba (teeet) lewat si As Jhard yang juga kerja disana, sekarang tinggal nunggu panggilan.
Hidup gue akhir-akhir ini jadi kacau. Gak disiplin dan sering lalai ibadah.
October 13, 2012
Postingan Sehabis Pulang Latihan
Baru pulang dari studio Jhard. Seru bisa ketemuan lagi sama temen-temen.
Jimmy, Viu, Itep, Asep kalian baik banget, hehehe. Awalnya niat gue hari Jum'at itu mau ke Rajawali, mau ke catering. Tapi males.
Gak nyangka sikap mereka ke gue masih tetep baik.
Mereka bilang kangen gue. Soalnya udah cukup lama sih gue gak kesana untuk latihan. Kira-kira 2 minggu. Khusus untuk si Viu, dia itu jarang banget ketemu gue pas lagi latihan. Kalo gue ada, dia suka gak ada, sibuk ngapelin pacarnya. Tapi tadi dia kebetulan ada.
Effect gitar baru, nambah semangat. Senengnya, gue itu selalu disambut baik waktu datang kesana atau misalnya pas lagi mainin gitar, gue suka dipuji sama anak-anak tetangga deket studio - sebut aja namanya Itep dan kawan-kawan :) Bukannya gue kege-eran, tapi gue seneng aja kalo ada orang yang suka ngasih apresiasi - sekecil apapun ke orang lain. Itu yang bikin orang bisa bangkit kalo lagi terpuruk. Apresiasi dan pendekatan yang prefentif. Gak kayak kerja di kopi luwak itu, gue seperti gak berharga, gak ada apresiasi atas kinerja gawe gue. Fuck you.
Rencananya bakal ada kegiatan promosi di Jakarta dalam waktu dekat tapi belum tau kapan deal-nya. Oh.. gue kangen banget kak Erik, manager band gue. Sikapnya yang kalem dan hebat itu yang gue kagumi. Lama gak ketemu bikin semua pihak jadi ngalamin naik-turun semangat. Untungnya dengan seringnya kita ketemu untuk latihan atau kayak tadi, sekedar ngobrol biasa karena si Rian gak bisa hadir, sangat ngebantu untuk ngelancarin hubungan ini.
Gue akuin kalo gue salah masih belum ada keputusan kerja lagi. Setelah si Asep tadi ngasih gue saran, akhirnya terbuka juga pintu hati gue yang selama ini buta akibat mindset yang close minded. Gue harus kerja, mungkin kalo ngikut dia juga oke. Tapi kata si Asep, lebih baik gue nyari yang lebih baik, biar gak ngerasain rasanya "tekor per-bulan", hahaha. Thanks atas saran dan motivasinya, akan gue coba secepatnya.
Good night.
October 11, 2012
Teaser!
Tadi siang, lagi nyantai sambil denger radio Bobotoh fm, datang seorang bapak-bapak tua gendut. Dia nanya tentang rumah ortu gue yang mau dijual. Dia ternyata makelar, hohoho.
Setelah beberapa lama barulah ada keputusan kalo si pembeli akan datang hari sabtu untuk mutusin hasilnya.
Hasilnya belum jelas. >.< Malah udah bikin list pengen ini pengen itu. Semua udah ada diluar kepala. Gkgkgk. Semoga aja jadi ye... Amiin.
Setelah beberapa lama barulah ada keputusan kalo si pembeli akan datang hari sabtu untuk mutusin hasilnya.
Hasilnya belum jelas. >.< Malah udah bikin list pengen ini pengen itu. Semua udah ada diluar kepala. Gkgkgk. Semoga aja jadi ye... Amiin.
October 10, 2012
Hard to Forget - Too Sweet to Forget
Pagi ini aku kembali mendengar salah satu lagu dari dua lagu yang pernah bandku bawakan dalam panggung pensi lima tahun lalu. Lagu itu berjudul Hysteria dari satu band terkenal bernama Muse.
Kasurku yang empuk dan sudah kucel cukup membuat aku lupa kalau tengah berada di rumah yang santai meski di pagi hari. Tidak seperti hari-hari sebelumnya yang selalu sibuk dan penuh dengan pressure disana-sini. Membuatku susah beristirahat ataupun sekedar duduk.
Aku menghela nafas sambil mengeraskan volume mp4 yang aku pinjam dari kamar kakak. Lagu itu semakin mengingatkanku pada kejadian itu. Aku selalu berpikir, apa mereka - temanku yang lain yang saat itu sama denganku mempersembahkan lagu itu - sama sepertiku, selalu teringat masa-masa itu?
Sepertinya aku tidak akan pernah lupa dengan itu semua. Detik-detik dimulainya sebuah pementasan yang ku sebut "pagelaran". Dimana aku merasa nerves, seketika pula dengan semua rekanku yang notabene pemula dalam hal naik ke atas pentas.
Lima tahun yang lalu aku masih kelas 3 SMP. Pengalaman pertama bisa mengkafer lagu Muse dengan apik dan jadi juara satu. Tidak percuma latihan satu tahun untuk itu. Huffz.
Ya Tuhan, begitu bodohnya aku ini. Apa yang ku kerjakan hari ini sungguh tidak berguna. Aku cuma diam di rumah sejak seminggu terakhir ini. Sepertinya aku terkena kutukan #resign. Sial.... sial.... hahahahahahahaha.
Kembali lagi. Mengulang memori disaat ada di atas pentas rasanya tidak bisa tergantikan. Yess.. as far as i thought,- this could be an overview for you how i did playin bass in this song.
Kasurku yang empuk dan sudah kucel cukup membuat aku lupa kalau tengah berada di rumah yang santai meski di pagi hari. Tidak seperti hari-hari sebelumnya yang selalu sibuk dan penuh dengan pressure disana-sini. Membuatku susah beristirahat ataupun sekedar duduk.
Aku menghela nafas sambil mengeraskan volume mp4 yang aku pinjam dari kamar kakak. Lagu itu semakin mengingatkanku pada kejadian itu. Aku selalu berpikir, apa mereka - temanku yang lain yang saat itu sama denganku mempersembahkan lagu itu - sama sepertiku, selalu teringat masa-masa itu?
Sepertinya aku tidak akan pernah lupa dengan itu semua. Detik-detik dimulainya sebuah pementasan yang ku sebut "pagelaran". Dimana aku merasa nerves, seketika pula dengan semua rekanku yang notabene pemula dalam hal naik ke atas pentas.
Lima tahun yang lalu aku masih kelas 3 SMP. Pengalaman pertama bisa mengkafer lagu Muse dengan apik dan jadi juara satu. Tidak percuma latihan satu tahun untuk itu. Huffz.
Ya Tuhan, begitu bodohnya aku ini. Apa yang ku kerjakan hari ini sungguh tidak berguna. Aku cuma diam di rumah sejak seminggu terakhir ini. Sepertinya aku terkena kutukan #resign. Sial.... sial.... hahahahahahahaha.
Kembali lagi. Mengulang memori disaat ada di atas pentas rasanya tidak bisa tergantikan. Yess.. as far as i thought,- this could be an overview for you how i did playin bass in this song.
October 9, 2012
Hari Ini
Pilihan yang sulit. Berkutat bersama zona nyaman atau menghindar demi sebuah pilihan yang juga tak pasti. Jalan terakhir hanyalah berpasrah pada Allah SWT. Semoga sesegera mungkin aku akan dapat kabar baik.
October 8, 2012
Pengabdian Terhadap Keyakinan
“Setiap tulisan merupakan dunia tersendiri, yang terapung-apung antara dunia kenyataan dan dunia impian
(Rumah Kaca, h. 138)”
― Pramoedya Ananta Toer
Apa yang selanjutnya akan terjadi dalam kehidupanku ini. Bagaikan diayun-ambingkan, kesana-kemari, sedikit menyesatkan, hanya membuat kenihilan belaka.
Aku merasa terbebani, selalu tidak nyaman, muak.
Aku berpikir setengah-setengah.
Membantah apa yang telah aku rencanakan, untuk merangkai sebuah kesuksesan di suatu hari.
Tapi aku terus menulis. Aku mengaggap menulis adalah jalan yang bisa membuat aku lebih nyaman.
Aku merasa sulit berkomunikasi dengan hati.
Aku ingin berbincang dengan diriku yang lain, kini dia ada dihadapanku, dia nyata untukku dan aku tidak bisa menyapanya.
Seperti aku berjalan di sebuah jalan menuju sebuah tempat yang tanpa ku tahu kemana arahnya, tapi aku yakin dengan ketidakmungkinan ini.
Langkah pun semakin tua dan semakin meragu.
Di sepanjang jalan ku temui banyak orang yang sudah punya arah, lebih yakin dari aku.
Keyakinan mereka membuatku semakin kesal dan kembali iri.
Aku tidak layak menghentikan mereka.
Aku ingin mereka peduli padaku, -bawa aku disamping kalian, maka aku akan membalas budimu.
Kan kujadikan kau pahlawan.
Namun ternyata...
Jalan semakin buram dan mendung.
Aku malah cenderung mundur dan kemudian bersembunyi sejenak, atau bahkan cukup lama, sampai sempat beberapa orang dari orang-orang menganggapku mati.
Aku pun tertawa dengan terbahak-bahak, menandakan sebuah kebodohan menertawakan diriku sendiri.
Untuk waktu yang begitu runyam, aku berputar tanpa sebab dan membiarkan diriku terbakar percuma.
Mencari arah yang tak kunjung muncul pertanda.
Memulai kelelahan yang tak ada hasilnya.
Mengeluarkan perhatian demi keberhasilan namun tetap saja belum terlihat.
Apa ini salah, benar, atau hanya ilusi dan kebutaan hatiku?
Mungkin sudah waktunya untuk berangkat lagi, jangan berlama-lama menepi dan berjalan sendiri di jalan yang tanpa arah ini.
Aku seharusnya dapat pendamping disaat menjelajah ini.
Dunia ini terlalu luas untukku sendiri.
Tidak layak untuk kusinggahi bersama keangkuhan.
Aku akan terus menulis. Karena menulis adalah sebuah keberanian. Keberanian dibalik semua keraguanku terhadap jalan yang rumit.
Akhir-akhir ini Tuhan seakan mempermainkanku.
Dia membiarkanku bahagia lalu kemudian meninggalkanku bersama kehancuran.
Aku bekerja, gagal, mengundurkan diri, selalu seperti itu.
Aku mengalami kejadian semacam ini dalam berhubungan dengan wanita.
Hal-hal sepele.
Aku menyayangkan kegagalan.
Mereka terlalu baik, tiba-tiba sangat tidak baik. Memang mungkin tidak baik.
Dan selanjutnya seperti biasa.
Pengabdian Terhadap Keyakinan
Lihat apa yang mereka lakukan, menunjukan satu-persatu kemajuan yang begitu signifikan, sedang aku? Aku sejujurnya sangat malu dengan diri ini kemanapun aku pergi, karena aku merasa tidak berarti seperti orang-orang yang sangat aku yakini bernasib baik. Ya Tuhan ampuni aku karena aku selalu merasa bahwa diriku adalah kecil dan murahan. Orang lain pernah bilang kepadaku; bagaimana orang lain akan menghormati dirimu jikalau kamu sendiri pun tidak merasa berharga. Lantas apa yang selama ini aku pernah lakukan seperti percuma saja. Aku benci situasi seperti ini, yang selalu terjadi disaat kapan saja -tanpa kompromi.
(Rumah Kaca, h. 138)”
― Pramoedya Ananta Toer
Apa yang selanjutnya akan terjadi dalam kehidupanku ini. Bagaikan diayun-ambingkan, kesana-kemari, sedikit menyesatkan, hanya membuat kenihilan belaka.
Aku merasa terbebani, selalu tidak nyaman, muak.
Aku berpikir setengah-setengah.
Membantah apa yang telah aku rencanakan, untuk merangkai sebuah kesuksesan di suatu hari.
Tapi aku terus menulis. Aku mengaggap menulis adalah jalan yang bisa membuat aku lebih nyaman.
Aku merasa sulit berkomunikasi dengan hati.
Aku ingin berbincang dengan diriku yang lain, kini dia ada dihadapanku, dia nyata untukku dan aku tidak bisa menyapanya.
Seperti aku berjalan di sebuah jalan menuju sebuah tempat yang tanpa ku tahu kemana arahnya, tapi aku yakin dengan ketidakmungkinan ini.
Langkah pun semakin tua dan semakin meragu.
Di sepanjang jalan ku temui banyak orang yang sudah punya arah, lebih yakin dari aku.
Keyakinan mereka membuatku semakin kesal dan kembali iri.
Aku tidak layak menghentikan mereka.
Aku ingin mereka peduli padaku, -bawa aku disamping kalian, maka aku akan membalas budimu.
Kan kujadikan kau pahlawan.
Namun ternyata...
Jalan semakin buram dan mendung.
Aku malah cenderung mundur dan kemudian bersembunyi sejenak, atau bahkan cukup lama, sampai sempat beberapa orang dari orang-orang menganggapku mati.
Aku pun tertawa dengan terbahak-bahak, menandakan sebuah kebodohan menertawakan diriku sendiri.
Untuk waktu yang begitu runyam, aku berputar tanpa sebab dan membiarkan diriku terbakar percuma.
Mencari arah yang tak kunjung muncul pertanda.
Memulai kelelahan yang tak ada hasilnya.
Mengeluarkan perhatian demi keberhasilan namun tetap saja belum terlihat.
Apa ini salah, benar, atau hanya ilusi dan kebutaan hatiku?
Mungkin sudah waktunya untuk berangkat lagi, jangan berlama-lama menepi dan berjalan sendiri di jalan yang tanpa arah ini.
Aku seharusnya dapat pendamping disaat menjelajah ini.
Dunia ini terlalu luas untukku sendiri.
Tidak layak untuk kusinggahi bersama keangkuhan.
Aku akan terus menulis. Karena menulis adalah sebuah keberanian. Keberanian dibalik semua keraguanku terhadap jalan yang rumit.
Akhir-akhir ini Tuhan seakan mempermainkanku.
Dia membiarkanku bahagia lalu kemudian meninggalkanku bersama kehancuran.
Aku bekerja, gagal, mengundurkan diri, selalu seperti itu.
Aku mengalami kejadian semacam ini dalam berhubungan dengan wanita.
Hal-hal sepele.
Aku menyayangkan kegagalan.
Mereka terlalu baik, tiba-tiba sangat tidak baik. Memang mungkin tidak baik.
Dan selanjutnya seperti biasa.
Pengabdian Terhadap Keyakinan
Lihat apa yang mereka lakukan, menunjukan satu-persatu kemajuan yang begitu signifikan, sedang aku? Aku sejujurnya sangat malu dengan diri ini kemanapun aku pergi, karena aku merasa tidak berarti seperti orang-orang yang sangat aku yakini bernasib baik. Ya Tuhan ampuni aku karena aku selalu merasa bahwa diriku adalah kecil dan murahan. Orang lain pernah bilang kepadaku; bagaimana orang lain akan menghormati dirimu jikalau kamu sendiri pun tidak merasa berharga. Lantas apa yang selama ini aku pernah lakukan seperti percuma saja. Aku benci situasi seperti ini, yang selalu terjadi disaat kapan saja -tanpa kompromi.
Di umur yang keduapuluh satu ini aku mengalami banyak hal yang membuatku iri dan galau. Aku iri menyaksikan teman-teman yang melanjutkan pendidikannya ke tahap perguruan tinggi. Aku iri dengan mereka yang mendapatkan pekerjaan yang layak dan sesuai dengan passion mereka. Aku iri dengan teman-teman yang bisa mencapai sebuah titik standar sukses karena keberanian dan kepercayadiriannya. Aku sangat iri melihat teman-temanku yang kebanyakan sudah punya pasangan hidup. Aku sangat-sangat iri hati dengan semua tingkah mereka. Aku merasa langkahku semakin tertinggal dari mereka. Bagaimana caranya aku meyakinkan diri sendiri untuk bisa tetap bersahaja dengan keadaan. Sialnya, mereka itu adalah orang-orang terdekatku.
Mungkin aku memang terlalu salah menilai ini dan itu. Bagaimana jika dibandingkan dengan sosok lain, mmm, mungkin aku bisa ambil contoh; Quinnella. Dia adalah seorang wanita, lebih cocok ku panggil kakak atau teteh untuk memberi aksen bahwa dia adalah orang sunda. Namanya cukup asing buatku saat awal aku mencoba ingin mengenalnya. Aku tahu dia dari mantan pacarnya dulu, Yas Budaya. Sekarang umurnya sudah 32 tahun, dan sebentar lagi dia akan menuju ke jenjang pernikahan dengan seorang pria bernama Abdul. Saat masih berhubungan dengan Yas, dia sangat bahagia. Mungkin tidak untuk sekarang, bahkan mungkin dia sudah sangat jauh dari kehidupannya. Seketika, waktu itu berubah menjadi tidak harmonis. Pasangan mesra pun berakhir berantakan.
Sebuah perjalanan cinta yang cukup lama dan rumit akhirnya terbantahkan dengan datangnya seorang jodoh yang sudah ditakdirkan oleh Tuhan untuk datang disaat yang sudah ditentukan. Ooooh, aku tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan keduanya. Sosok ketiga pun muncul dan seakan menjadi pengacau namun juga berperan sebagai pahlawan.
Sebuah pertanyaan bodoh muncul - Kenapa aku bisa tahu kisah dia? Dan kenapa aku sepertinya sangat tertarik untuk bisa mengetahui tentang kehidupan orang lain?
Jawabannya.. karena aku suka kisah orang-orang yang unik. Selebihnya adalah, karena aku mengira bahwa kehidupan mereka itu (artist) adalah sebuah contoh atau teladan yang baik yang bisa aku serap sebagian untuk aku aplikasikan dalam kehidupanku sendiri.
Bagaimana dengan sosok idola? Bisa aku bilang mereka adalah idola, mereka adalah orang yang aku pilih untuk kujadikan panutan dan teladan untuk hidupku. Mereka ada dalam sanubariku. Kisahnya takkan lekang oleh waktu. Aku melakukan apa yang mereka lakukan. Aku membawanya dan meletakannya dalam tempat yang terbaik dalam kehidupanku. Aku akan terus menyukai mereka, karena itu adalah pengabdian, dan pengabdian yang kulakukan memang tidak akan pernah bisa mereka rasakan. Aku melakukan ini semua untuk diriku sendiri. Dan tanpa peran mereka, kelakuan ini pun - akhirnya takkan berarti.
“Biarlah hati ini patah karena sarat dengan beban, dan biarlah dia meledak karena ketegangan. Pada akhirnya perbuatan manusia menentukan, yang mengawali dan mengakhiri. Bagiku, kata-kata hiburan hanya sekedar membasuh kaki. Memang menyegarkan. Tapi tiada arti. Barangkali pada titik inilah kita berpisah..
(Arus Balik, h. 669)”
― Pramoedya Ananta Toer
“Setiap pengalaman yang tidak dinilai baik oleh dirinya sendiri ataupun orang lain akan tinggal menjadi sesobek kertas dari buku hidup yang tidak punya makna. Padahal setiap pengalaman tak lain daripada fondasi kehidupan”
― Pramoedya Ananta Toer, Nyanyi Sunyi Seorang Bisu 2
“Biarlah hati ini patah karena sarat dengan beban, dan biarlah dia meledak karena ketegangan. Pada akhirnya perbuatan manusia menentukan, yang mengawali dan mengakhiri. Bagiku, kata-kata hiburan hanya sekedar membasuh kaki. Memang menyegarkan. Tapi tiada arti. Barangkali pada titik inilah kita berpisah..
(Arus Balik, h. 669)”
― Pramoedya Ananta Toer
“Setiap pengalaman yang tidak dinilai baik oleh dirinya sendiri ataupun orang lain akan tinggal menjadi sesobek kertas dari buku hidup yang tidak punya makna. Padahal setiap pengalaman tak lain daripada fondasi kehidupan”
― Pramoedya Ananta Toer, Nyanyi Sunyi Seorang Bisu 2
October 3, 2012
Video d'Almarhoem - Sanggupkah
Setelah sekian lama akhirnya bisa lihat juga video ini di Youtube. Waktu itu gue udah sempet nonton video ini, tapi masih dalam status "limited" karena cuma personil D'Almarhoem dan tim manajemen aja yang boleh tau. Eh iya ya, sebelumnya mungkin kalian gak pernah tau dengan band D'Almarhoem. Pasti dari namanya juga udah bikin penasaran, iya kan? Awalnya gue juga ngerasa awkward banget, namanya kayak lucu, aneh sekaligus norak abis, tapi kalo dicermati lebih dalam - itu punya arti yang tersendiri. So, jangan judge dulu yang buruk-buruk sebelum liat langsung bandnya, no offense! Baca dulu yang ini..
Di kaskus juga waktu itu pernah jadi bahasan banyak orang. http://www.kaskus.co.id/showthread.php?s=e280aea07ba48fdb45b8f2c62fc8b7cd&t=5954925
Waktu itu kak Uge masih jadi gitarisnya band ini, tapi setelah beberapa bulan sejak waktu itu, dia resign karena keputusan pribadinya, yaitu karena lebih milih serius kuliah. Emang sih waktu itu lagi sibuk-sibuknya buat promo dan kak Uge dituntut untuk ngenyelesain skripsinya. Sangat dilematis, sayang banget dia keluar padahal band ini menurut gue potensial banget. Udah masuk major label pula. Sebuah kebanggaan, tetangga sekaligus guru gitar gue bisa (pernah) punya band yang nembus major label, hahahaha.
Subscribe to:
Posts (Atom)